Waaaa....aku ini latah banget...setelah ber blog walking dan baca tulisan2 yg aduhai menarik ehhh...buntut2 nya aku tergelitik untuk ikutan nulis...(soalnya sok tau seh...tapiiii tulisan ini pendapatku looh...bukan pendapat dikau2, jadi kalau dikau2 setuju atau tidak setuju ya ga apa2, namanya juga mancing komentar dan setengah diskusi yaaah????)
Nah nah ini aku lagi tergelitik nulis tentang masalah pernikahan, perkawinan, kebersamaan dua hati, dua manusia laki2 dan perempuan...(seperti sudah kukakatan, bukannya aku bener2 tau tapi hanya ingin nulis pendapat ku saja..)
Aku katakan perkawinan itu adalah kebersamaan dua hati, laah emang kan dua hati yg "dicoba" untuk dipersatukan dengan janji suci..saling mencinta dalam suka dan sedih.
Nah nasehat orang2 tua nee...."dalam satu kapal hanya ada satu nahkoda" jadi..suami istri itu fungsinya sendiri2 yah??? (blo on deh aku), klo seandainya suami itu gas nya....istri itu rem nya...gitu kaliii???
eh klo gitu kan saling melengkapi bukan "satu nakhoda???" (bingung)
Tapi....bagiku "perkawinan" itu tak boleh lepas dari "rasa saling menghormati" pasangannya..
Jadi cerita lagi tentang salah satu kawanku....
Kawanku ini berasal dari keluarga "pecah"...bapak dan ibunya cerai pas dia masih kecil..dan dia besar ikut ibunya yg telah menikah lagi, materi tak kekurangan apapun...sekolah tamat peguruan tinggi..
Nah sampai kawanku ini menikah dan dikarunia anak2 yg cantik2 dan tampan2...suami yg penyabar dan baik hati...(rumah tangganya di mataku ngga ada cacatnya).
Sampai suatu ketika kawanku ini sering merasa dirinya sakit..tak enak badan dan ketakutan yg dia sendiri tak tau apa...(dia bilang...rasanya aku mau mati...aku merasa kematianku sudah dekat).
Kemudian dia ke dokter...periksa semua, ternyata tidak ada kelainan apa2 di organ2 tubuhnya...sampai akhirnya dokter perusahaan dimana suaminya bekerja menganjurkan untuk ke psycholog.
Disitu dia diminta untuk bercerita tentang masa kecilnya (sejauh yg masih diingatnya)
Ketika aku ketemu lagi dengannya dia sudah agak baik... walau kadang perasaan ketakutan nya masih datang tapi dalam frekwensi yg sangat kecil...
Ini cerita dia....
Kata psycholog ku...aku ini kena dampak orang tuaku, ketika aku kecil dan mungkin belum tau apa2...aku sering menyaksikan ortuku berantem, dan aku pasti saja ketakutan...nah perasaan "takut" itu begitu nempel di otakku.....kata psycholog nya...seandainya otak itu selembar kaca..kaca itu telah tergores dalam...dan tak bisa lagi utuh dan mulus, tapi bisa di poles sedikit sehingga tidak begitu dalam goresannya
Kawanku ini dibimbing dijalan keagamaan...dengan keyakinan hanya Allah tempat bergantung dan memohon pertolonganNya
Nah saat itu terbukalah mataku, bahwa walaupun bayi akan punya "trauma" kalo melihat ortunya berantem...
Makanya waktu sobatku yg lain kerjanya berantemmm terus sama istrinya, aku anjurkan mereka pisah sementara, hanya menjajagi sejauh apa dikau berdia saling "kehilangan", eh ternyata kebablasen...mereka akhirnya cerai...
Sekarang "baby" klo week end ikut babe...dan weekday ikut emak....
Kadang dia mengeluh, "seandainya saja tak ada persoalan besar antara aku dan mamanya baby...pastilah aku orang yg paling bahagia di dunia ini".....tapiiii jalan hidup nya lain...
Makanya aku tak pernah menentang perceraian...walau jangan sampai aku sendiri mengalaminya....
tapi kalau perceraian itu jalan terbaik??? why not?
bagaimana pendapat dikau2 semua????
p.s :
beberapa bulan yg lalu aku dan Mary menggoda kawanku yg akan menikah..aku bilang..."married" itu artinya kamu akan mendapat kan 4 rings (cincin).
pertama : enggaged ring (cincin pertunangan)
kedua : wedding ring
ketiga : suffe_ring
keempat : bo_ring.......
hihihi canda loooh